#UPERP9 Tugas 04A - Membuat 3 Skenario Modul Warehouse
Merampingkan logistik di MATARAZZO
Matarazzo dari perusahaan real d plata, anggota kelompok perusahaan bunge dan brown di argentina adalah pabrik manufaktur dari pasta kering segar dan berbagai produk lainnya. Perusahaan ini menyerahkan hasil produksinya ke pusat distribusi kelompok perusahaan yang terletak 5 km dari pabrik.
Kasus ini menunjukkan perbaikan yang cukup besar, dalammanajemen logistik. Yang dilakukan dengan menngumpulkan data, pengamatan langsung, dan penggunaan penndekatan akal sehat untuk memecahkan masalah.
Sebelum perusahaan ini mengerahkan proyek kaizen, pengiriman barang terjadi pada pukul 06.00 sampai pukul 18.00 setiap hari, waktu tempuh yang dibutuhkan untuk satu pengiriman (termasuk muat di pabrik, perjalan ke pusat distribusi, bingkat muatan, dan kembali ke pabrik) rata-rata adalah 3 jam. 6-7 truk dapat menyelesaikan trayek sebanyak 10-14 kali sehari. Lebih jauh lagi, petugas pengiriman harus banyak kerja lembur apda haru sabtu, karena sering terjadi penundaaan pengiriman yangtak terselesaikan pada hari senin-jum’at.
Pada saat melakukan pemuatan maupun pembongkaran, sering kali supir harus melangkah diatas produk untuk membuka atau menutup truk dengan terpal pelindung. Hal ini sering mengakibatkan kerusakan produk. Fakta bahwa truk harus ditimbang 4 kali: 2 kali dipabrik (sekali timbangan kosong, sekali timbangan isi) dan dua kali lagi dengan cara yangsa,a di pusat distribusi. Guna menghapuskan operasi logistik yang tidak efisien itu dan menemukan bentuk optimalnya, sebuah tim kaizen dibentuk.
Enam bulan setelah proyek kaizen ini dimulai, perusahaan menemukan bahwa sesungguhnya mereka hanya membutuhkan 2 buah truk dan 4 – 6 teller gandengan lepas. Jam operasi harian fasilitas pengiriaman berkurang 7 jam, yaitu menjadi 11 jam sehari. Waktu tempuh truk berkurang 22 menit (yang merupakan perbaikan 88%). Akibatnya, biaya perbongkar muat berkurang sebesar 35%.
Perusahaan ini mencapai hasil tersebut melalui kegiatan keizen berikut ini
· Pada prosedur baru, truk mengambil trailler gandengan yang sudah dimuat di pabrik, kemudian melakukan perjalanan ke pusat distribusi, meninggalkan trailler gandengan isi disana (untuk dibongkar), mengambil teller gandengan kosong, berjalan menuju pabrik, meninggalkan trailler gandengan kosong penggantinya dengan trailler gandengan isi, kembali ke pusat distribusi.
· Dipusat distribusi, telah ditetapkan dua buah dok bongkar muatan khusus untuk matarazzo
· Pada trailler gandengantelah dipasang atap terpal permanen dengan penyekat geser di bagian sampingnya, sehingga produk terinjak saat membuka menutup terpal tak perlu terjadi .
· Sebuah papan gambar telah dipasang untuk menyatakan berat kosong truk dan trailler gandengnya. Papan gambar itu dapat menunjukkan berbagai kombinasi sehingga penimbangan ditiap tempat cukup dilakukan sekali saja.
Waktu yang dihemat dengan perbaikan ini memungkinkan untuk meningkatkan jumlah trayek perhari dari tiap supir, yaitu dari satu trayek menjadi lima trayek sementara itu, karyawan tak lagi harus lembur di hari sabtu
LANGKAH BERIKUTNYA:
KAIZEN DI SISI PEMASOK
SEGERA SETELAH PROSEDUR baru diwujudkan, karyawan dari bagian logistik dan operasi membentuk kelompok kerja yang melibatkan bagian pengendalian kualitas dan produksi dari tiap bagian. Sebagai fokus dari kaizen, kelompok ini memilih pengurangan waktu tempuh dari layanan pemasokan jalur. Karena persiapan yang tidak memadai, bongkar muatan barang dari pemasok memakan waktu yang panjang, rata-rata layanan bongkar ini memakan waktu 3,5 jam. Kelompok kerja kaizen ini menetapkan sasaran untuk menurunkan waktu layanan menjadi kurang dari 2 jam. Dalam hal ini, kelompok kerja tersebut memperioritaskan tindakan pada hal-hal sebagai berikut:
· Rancangan jadwal untuk menerima barang dari pemasok sehingga pembebanan tugas dari karyawan bisa lebih efisien tanpa adanya gejolak kesibukan dan hambatan karena ketimpangan kapasitas.
· Memberi nasihat pada pemasok cara penjadawalan pengiriman
· Perioritas dari pemasok dengan pengelompokannya dalam kategori kritis dan tidak kritis berdasarkan kebutuhan bisnis.
· Penetapan target untuk menyelesaikan tugas bongkar dan memberikan layanan segera pada pemasok yang dapat memenuhi target.
· Pemantauan waktu tertunda dari setiap tugas operasi dan pemborosan waktu pemasok, baik di dalam maupun diluar pabrik.
· 6 bulan setelah proyek ini dimulai yaitu setelah mereka melakukan 18 kalipertemuan, waktu pelayanan penerimaan barang dari pemasok dapat diturunkan menjadi hanya 70 menit. Berbesar hati dengan hasil ini, kelompok kerja nemetapkan sasaran baru, yaitu menurunkan waktu layanan penerimaan barang dari pemasok menjadi kurang dari 1 jam.
Dengan makin meningkatnya kerjasama antar bagian dan antar seksi, beberapa seksi menyediakan laporang tentang waktu kegiatan pemasokan setiap kali mereka memasok barang, seperti waktu kedatangan, waktu tunggu, waktu bongkar, dan waktu meninggalkan pabrik. Para pemasok itu sangat menghargai adanya laporan ini, karena mereka dapat melakukan pengendalian secara akurat terhadap sarana transport mereka, terutama penyelenggaraan transport yang dilakukan berdasarkan kontrak. Data ini juga memberi dorongan bagi pemasok untuk mematuhi jadwal pengiriman barang yang sudah disepakati.
Dua bulan kemudian, waktu pelayanan penerimaan barang dari pemasok dapat diturunkan menjadi 45 menit saja. Segera setelah sasaran kedua ini tercapai, anggota kelompok bergiat untuk mengumpulkan data dalam rangka melakukan stabilisasi proses penerimaan barang. Mereka juga melakukan pengendalian dan penjagaan terhadap targaet waktu yang telah dicapai. Apda akhirnya, setelah sekian lama data telah dikumpulan secara manual, kelompok in dapat mengembangkan aplikasi basis data (data base) yang memungkinkan akses segera terhadap pemeriksaan silang waktu, kegiatan penerimaan yang sudah dilakukan, klasifikasi berdasarkan masukan, dan jenis pemasok, termasuk waktu pelayanan, perbandingan jadwal dan pelaksanaan, dan sebagainya. Basis data ini dapat digunakan oleh kelompok untuk mengahsilakan berbagai informasi manajemen seperti laporan, rangkuman, grafik, dan sebagainaya sesuai kebutuhan, yang sebelumnya tak pernah terpikirkan.
SCM PT Frisian Flag Indonesia
Dalam persaingan lingkungan bisnis yang begitu kompetitif, perusahaan semakin menyadari manfaat potensial dari penggunaan yang dihasilkan oleh Teknologi Informasi (TI) yang semakin cepat. Banyak sekali manfaat yang didapat oleh perusahaan yang mengimplementasikan TI kedalam proses bisnisnya.
Oleh sebab itu setiap perusahaan dituntut untuk pembenahan terhadap proses bisnisnya guna menarik kembali para pelanggan, agar menjadi pelanggan tetap dan memenangkan persaingan pasar. Dengan strategi informasi dalam SCM yang membutuhkan infrasturktur informasi yang menghubungkan antara supplier, manufacturer, wholesaler, retailer, dan customer.
Untuk mempermudah dalam proses SCM, setiap perusahaan harus melakukan kolaborasi antar pihak-pihak yang terlibat dalam supply chain tersebut. Setiap pelaku bisnis yang terlibat harus saling memberikan kontribusi yang positif agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Salah satu kunci sukses dalam menciptakan SCM yang baik itu terletak pada pengelolaan informasi supply chainyang berhubungan dengan ERP. Informasi supply chain yang dibutuhkan tersebut diwujudkan dalam bentuk SCM yang didefinisikan sebagai strategi yang diterapkan dalam teknologi internet untuk menghubungkan semua organisasi yang ada untuk meningkatkan pelayananan kepada para pelanggan.
Tujuan dari SCM adalah untuk memastikan sebuah produk berada pada tempat dan waktu yang tepat untuk memenuhi permintaan konsumen tanpa menciptakan stok yang berlebihan atau kekurangan serta memberikan keuntungan besar bagi perusahaan. Melakukan efektifitas dan efisiensi mulai dari suppliers, manufacturers, warehouse, danstores.Tujuan lainnya untuk meningkatkan kepercayaan dan kolaborasi diantara rekananSupply Chain Management (SCM) dan meningkatkan percepatan inventory.
Tujuan utama dari Supply Chain Management (SCM)adalah :
a. Penyerahan/pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan konsumen
b. Mengurangi biaya
c. Meningkatkan segala hasil dari seluruh Supply Chain
d. Mengurangi waktu
e. Memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi
a. Kegiatan pengadaan barang, pengiriman, hingga transaksi belum bisa dilakukan secara terintegrasi
b. Belum terintegrasinya perusahaan secara virtual dengan para vendor, pelanggan dan mitra bisnis
c. Sistem back office/ERP yang ada (Prism) tidak dapat menopang kebutuhan dan proses bisnis.
Dengan mengganti sistem inti yang lama (Prism) dengan ERP dari SAP.Selanjutnya menerapkan Supply Chain Managemenet (SCM) yang berjalan paralel dengan ERP.Infrastruktur jaringan juga ditingkatkan, selain itu juga sedang menerapkan penggunaan teknologi RFID.
PT. Frisian Flag Indonesia juga melakukan rebranding, yaitusalah satu upaya untuk meningkatkan brand image dan brand awareness. Dengen memperkenalkan logo dan tagline yang baru, masyarakat seolah terus diingatkan bahwa merk Frisian Flag merupakan produsen susu yang terpercaya dan mempunyai komitmen untuk mendukung masyrakat Indonesia meraih hari esok yang lebih baik dengan menyediakan berbagai produk bernutrisi tinggi.
Setelah melakukan pergantian sistem menjadi ERP dari SAP, maka PT. Frisian Flag Indonesia mendapatkan beberapa hasil yang menguntungkan yaitu efisiensi, penghematan biaya dan memiliki hubungan mitra yang lebih kuat.Dan juga transaksi sudah bisa dilakukan secara online dan real time.Perusahaan juga sudah dapat terhubung dengan 150 distributor melalui website.
Supply Chain Management adalah sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja secara bersama-sama untuk membuat dan menyalurkan produk atau jasa kepada konsumen akhir.
Penjelasan:
Gambar diatas menunjukkan Supply Chain Management dari Pabrik Biskuit Chopra, dimana di pabrik biskuit tersebut terdiri dari dua divisi yaitu Divisi Pemasok Bahan Baku (Supplier) dan Divisi Pengepakan (Packaging). Masing-masing divisi tersebut mampu menampung semua sumber daya yang dibutuhkan oleh pabrik (perusahaan) dari para pemasok. Untuk bagian Divisi Pemasok Bahan Baku (Supplier) menampung semua bahan baku diantaranya dari Pemasok Tepung Terigu yang berasal dari Petani Gandum, Pemasok Susu Bubuk yang berasal dari Petani Coklat dan Peternak Sapi, serta Pemasok Mentega,
Gula, dan Lemak Nabati yang berasal dari Peternak Sapi, Petani Tebu, dan Penghasil Minyak Nabati. Peternak ayam akan menyupply telur melalui distributor/pemasok , yang disebut dengan distributor/pemasok telur.
Sedangkan untuk Divisi Pengepakan (Packaging) berasal dari Industri Kertas dan Plastik yang akan digunakan sebagai pembungkus. Untuk bahan baku jadi yang telah diproses oleh pabrik dan distributor akan di supply kepada PT. Biskuit Chopra. Biskuit ini dikemas oleh plastik, kemudian tahap terakhir adalah dibungkus dalam kemasan kaleng agar biskuit tahan lama. Proses pengemasan produk di lakukan secara teliti agar biskuit tersebut steril untuk dikonsumsi oleh konsumen. Biskuit yang telah jadi siap di kirim kepada distributor lokal dan distributor internasional.
Distributor lokal menyalurkan biskuit ke grosir, supermarket, pasar tradisional, dan pedagang eceran. Distributor internasional menyalurkan biskuit ke supermarket (luar negeri). Lalu produk yang telah disalurkan oleh distributor bisa di nikmati (konsumsi) oleh konsumen di supermarket dan lain-lain.
Komentar
Posting Komentar